Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman saat naik gunung

 


Setelah sampai di pos kedua gunung andong maka rombongan kami yaitu aku, satria, Himawan, Herman, Yanto dan dua orang wanita yaitu Jojo dan Sinta sepakat untuk istirahat dulu sebentar.

Maklum, kami atau tepatnya aku dan Sinta baru saja bertemu dengan rombongan makhluk halus berupa wanita cantik yang naik kereta kuda.

Setelah beristirahat selama setengah jam akhirnya kamipun kembali berangkat. Kami sepakat untuk tidak meninggalkan salah satu anggota jika terjadi sesuatu, takutnya nanti malah ada yang kenapa-kenapa.

Herman dan satria sendiri sepertinya tidak terlalu percaya ceritaku. Ok fain, itu urusan mereka.

Himawan berada paling depan karena sudah pernah kesini beberapa kali, sedangkan Yanto paling belakang soalnya ia yang paling berpengalaman naik gunung. Untuk gunung andong memang baru pertama kali, tapi untuk gunung lain seperti Bromo, Semeru, bahkan kawah Ijen di Banyuwangi sudah pernah.

Sisanya kami berlima berada di tengah.

"Naiknya santai saja ya karena sudah dekat. Kita naik berbarengan saja, jangan lupa senter dinyalakan." Pesan mas Himawan, kami hanya mengangguk.

Baru sepuluh menit berjalan tiba-tiba hujan gerimis turun. Aku tentu saja panik, begitu juga beberapa temanku yang masih pemula termasuk dua orang gadis itu. Memang kami sudah memakai mantel tapi tetap saja kurang nyaman apalagi jalanan jadi becek sehingga agak licin dan berbahaya.

"Gimana mas Himawan, mau lanjut tidak?" Kata satria kepadanya.

Ia tidak langsung menjawab tapi mengumpulkan semuanya lalu segera berunding terutama kepada dua wanita cantik yang ikut serta. Jojo dan Sinta sendiri memutuskan untuk terus, apalagi sudah tanggung. Sebentar lagi akan mencapai pos tiga dan setelahnya tinggal menuju puncak. 

Aku sendiri sebenarnya sudah malas mau melanjutkan ke puncak, selain sudah tidak berminat lagi sejak bertemu dengan lelembut sebelumnya sehingga perasaan tidak enak, juga sudah hilang mood. Tapi karena malu kalo minta turun sendiri akhirnya ia ikut juga, toh banyak temannya ini.

Akhirnya diputuskan untuk istirahat sebentar di sebuah rumah kosong yang kebetulan mereka temukan. Rumah itu sepertinya sengaja dibangun untuk para pendaki. Tak lama setelah berteduh hujan malah berhenti.

"Aku dan Yanto akan coba ke puncak dulu untuk bikin tenda. Kalian disini saja dulu ya." Kata Himawan.

Aku setuju, begitu juga Herman dan satria. Kulihat mereka berdua ternyata sama kepayahan naik gunung sepertiku. Maklum, kami bertiga mahasiswa ibukota yang belum pernah mencoba petualangan seperti ini sebelumnya. Ternyata Sinta dan Jojo juga sama apalagi mereka wanita.

Tak lama setelah mereka berdua pergi keatas aku pengin kencing. Maklum, cuaca dingin karena habis hujan, mana malam hari pula. Persis seperti di rumah neneknya Iwan.

Sebenarnya aku ingin meminta Herman atau satria untuk menemani, tapi karena gengsi ada cewek di dekatku akhirnya terpaksa ku keluar sendiri ke belakang.

"Mau kemana Gus?" Tanya Herman.

"Kebelakang." Jawabku. Ternyata ia juga kebelet pengin buang air juga tapi takut. Akhirnya kami berdua pun keluar.

Dengan bantuan senter di tangan maka aku lalu mojok di sebuah pohon karena memang tidak ada fasilitas kamar mandi di rumah tersebut. Setelah kencing tiba tiba ada sebuah suara berisik di sebelahku. Suaranya cukup kencang dan agak menganggu.

Aku otomatis reflek menengok dan betapa terkejutnya ketika melihat seekor babi hutan ada disana. Yang menakutkan, mata hewan itu berwarna merah seperti darah. Ngga mungkin kalo matanya merah karena kurang tidur dan belekan bukan. Mungkinkah ia kebanyakan beroperasi sementara pasangannya sedang jaga lilin.

"Ada apa sih Gus?" Kata Herman ketika melihat aku datang dengan tergesa-gesa.

"Ada.. ada babi tadi disitu. Matanya merah Her." Kataku dengan nafas agak ngos-ngosan. Maklum, aku sebenarnya penakut.

"Mana ada babi di sini, apalagi malam hari begini, mungkin kamu salah lihat." Jawab temanku. Aku tentu saja dongkol tapi tak berani membantah. Mungkinkah aku salah lihat karena ketakutan.

Akhirnya kami berdua memutuskan untuk masuk kembali kedalam rumah. Tapi anehnya kok tidak kelihatan rumahnya, padahal tadi waktu keluar cuma mungkin sepuluh atau dua puluh meter saja. Biarpun malam hari tapi masa bisa seperti ini. Kami sudah menyalakan lampu senter tapi rumah tersebut tetap tidak kelihatan.

"Her, sepertinya jalannya tadi lurus kedepan kok." Kataku ketika melihat ia hendak belok kanan.

"Matamu, aku yakin tadi belok bukan lurus." Jawabnya sengit.

Kampret batinku. Akhirnya aku mengalah karena ia memang agak keras kepala, toh lebih baik kami berdua dari pada jalan sendiri ditengah malam seperti ini.

Kami mungkin sudah berjalan sejauh dua ratus meter tapi tetap saja tidak ketemu rumahnya. Tentu saja aku agak panik, mana tengah malam lagi. Ah sial, coba kalo tadi keluar bawa hape, tentu bisa menelpon mereka yang didalam.

"Her, kamu bawa hape ngga?" Tanya ku. Seingatku ia biasanya main hape terus, tak pernah pisah seperti kancing dan baju. Itu sebabnya Vera pacarnya minta putus karena ia lebih suka bermain game dari pada malam mingguan.

"Untuk apa tanya hape, lagi kesasar begini bukannya memikirkan pulang tapi malah mau main hape." Jawabnya. Aku tentu saja dongkol karena disangka mau pinjam hapenya. Kadang di kost Jakarta memang aku meminjam ponselnya, tapi masa disaat seperti ini ia kepikiran begitu.

"Bukan, coba kau telpon satria. Barang kali ia bisa bantu kita."

Ia tersenyum kecut." Hapenya aku taruh di ransel dan ranselnya ada di rumah itu."

Oke fiks. Terpaksa memang harus mencari sendiri rumah itu.

Ia lalu berjalan agak cepat ke depan. Aku terpaksa dari belakang mengikutinya. Tapi tiba-tiba ia berhenti mendadak sehingga hampir saja aku menabraknya.

"Ada apa sih?" 

Dalam kegelapan muka Herman agak pucat." Gus, kamu tadi dengar suara perempuan menangis tidak?"

Tentu saja aku merinding mendengarnya. Tengah malam saat kesasar begini ada suara perempuan menangis, apa mungkin Sinta kesasar juga lalu menangis batinku, tapi rasanya tidak mungkin.

"Mana ada perempuan tengah malam begini menangis Her." Jawabku agak ketus, teringat ia juga menyepelekan aku soal babi hutan bermata merah itu. Aku sudah lupa dengan pesan Himawan sebelumnya kalo di gunung itu harus jaga ucapan.

Herman agak kaget tapi dia diam saja. Sungguh mengherankan juga karena ia biasanya suka berdebat dan maunya menang sendiri.

Kami berdua lalu mencoba kembali ke sana. Sungguh aneh, rumah itu seperti menghilang, hanya ada pepohonan plus semak belukar di kiri kanan jalan.

Tiba-tiba telingaku mendengar sebuah suara. Bukan suara angin atau daun bergesekan tapi suara tangis perempuan. Aneh, tengah malam begini ada suara tangisan tentu saja bikin merinding. Suaranya sepertinya agak jauh disamping, tapi makin lama makin dekat.

"Her.. Herman, ada orang nangis." Kataku padanya, masa bodoh kalo nanti ia marah karena sebelumnya tidak percaya.

Herman mengangguk, mukanya tak kalah pucat denganku."kayaknya dari arah depan deh Gus."

Aku heran, bukannya suaranya dari samping tapi kok malah katanya dari depan, padahal di depan tidak ada apapun kecuali pohon.

Tiba-tiba temanku itu maju ke depan. Tentu saja aku terpaksa mengikutinya karena tak mau ditinggal sendirian.

"Gus, sepertinya mungkin ada cewek pendaki yang kesasar. Tuh lihat." Katanya sambil menyorotkan lampu senternya ke depan. Aku melihat tempat yang disoroti, tampak seseorang disana dibawah pohon besar. Pakaiannya berwarna putih tapi sudah kusam. Ia sepertinya sesenggukan, mungkin menangis.

"Jangan Her, siapa tahu ia perempuan jadi-jadian." Kataku sambil menarik tangannya. Sejak beberapa hari ini memang aku ketemu melulu dengan makhluk halus, jadinya parno.

Herman tentu saja terkejut. Baru ia sadar, ada benarnya juga perkataan teman satu kampusnya ini.

"Tapi bagaimana kalo ia cewek beneran, kasihan bukan."

"Kalo cewek beneran tentu ia dengar langkah kita, mana kita bawa senter. Pasti ia girang dan kesini, bukannya diam saja disana."

"Barangkali ia shock jadi tidak melihat kita." Bantahnya.

Saat aku sedang bimbang dan hendak berteriak kepada perempuan itu, tiba-tiba terdengar suara dari arah samping.

"Agus, Herman. Kalian apa-apaan diluar?" 

Aku tentu saja lega karena itu adalah suaranya Himawan. Kedatangannya bak dewa penolong seperti Sinta sebelumnya.

"Anu mas, aku dan Herman kesasar. Mau balik ke rumah tadi tapi tidak ketemu." 

Ia tentu saja kaget." Rumah yang mana? Bukannya rumah yang tadi itu ada di sampingmu." Katanya sambil menunjuk kearah kiri.

Tentu saja aku kaget. Kucoba menengok, benar saja rumah yang kami cari beneran ada disana, tidak terlalu jauh. Tentu saja aku dan Herman hanya bisa saling pandang, bedebah.

Saat aku mencoba menengok perempuan yang tadi nangis ternyata ia sudah tidak ada, entah hilang kemana, mungkin terbang.

Herman lalu bercerita kalo kami berdua tadi sudah mencoba segala cara tapi tidak ketemu. Himawan hanya diam saja, mukanya agak terlihat tegang juga.

"Yuk masuk kedalam, ajak juga Satria, Sinta dan Jojo untuk segera melanjutkan perjalanan."

Tentu saja Herman tambah penasaran." Ada apa sih mas Iwan, kok sepertinya menyembunyikan sesuatu."

Akhirnya ia mengalah." Tadi aku dan Yanto bertemu penduduk setempat. Katanya beberapa tahun lalu di tempat ini ada seorang wanita yang mati bunuh diri dengan cara gantung diri, sebabnya ditingal oleh pacarnya. Sejak itu jika malam hari katanya ia sering menampakkan diri dan mengganggu orang-orang yang lewat, apalagi jika orangnya sembrono. Selain itu, daerah sini juga kadang ada hewan siluman yang suka berkeliaran, agak berbahaya kalo malam."

Tentu saja aku dan Herman terkejut sekali. Akhirnya aku lalu memutuskan untuk menyerah." Mas Iwan, aku pengin turun sajalah. Sepertinya sejak naik apes diganggu terus."

"Ayo Gus, aku temani kamu turun." Herman tiba-tiba mendukungku. Tentu saja aku terkejut tapi juga senang. Tumben amat dia sepemikiran denganku.

Himawan hanya menghela nafas saja." Kalo begitu aku akan ajak Satria turun juga, kalo ada satu yang turun maka harus turun semua. Entar aku telpon Yanto untuk menemani kedua cewek itu."

"Memang Yanto kemana?" Tanya ku ingin tahu serta baru sadar kalo dia tidak kelihatan dari tadi.

"Tadi sama orang setempat, katanya ada perlu jadinya aku tinggal."

Kami pun lalu masuk kedalam rumah. Jojo dan Sinta tampak terkejut melihat kami masuk tapi girang.

"Kemana saja sih, kalian tega ya ninggalin kami berdua disini, mana lama lagi."

Tentu saja aku jadi serba salah. Waktu keluar pengin buang air aku dan Herman tidak pamit. Masa mau kencing harus pamit segala.

"Lha, bukannya ada Satria yang temenin kalian." Kataku membantah.

"Satria dari tadi keluar, karena kalian lama tidak kelihatan jadinya ia menyusul keluar, katanya mau mencari kalian berdua tapi sampai sekarang belum pulang."

Tentu saja kami bertiga terkejut mendengarnya.

TAMAT

Agus Warteg
Agus Warteg Hanya seorang blogger biasa

111 komentar untuk "Pengalaman saat naik gunung"

  1. Pertamax gak ya, komen aja dulu ah baru baca nanti, yang ptg dpt pertamax 🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang yang murah pertalite kang, cuma 6500, kalo pertamak masih mahal.🤣

      Hapus
    2. Kalau pertamax sama Thiner bedanya berapa duit kang..🤣🤣🤣

      Hapus
    3. Kurang tahu kang, mungkin bedanya ngga terlalu jauh.

      Hapus
    4. kalau thiner katanya pernah trial diminum 😁😆

      Hapus
    5. Udah habis pertalite nya mas, diborong sama mbak mbul buat jalan jalan.😆

      Hapus
    6. Kalo skrng. Di tempatku Pertalite sedang diskon. Turun 1.600 rupiah per liternya. Lumayan ini mah hahaha....

      Hapus
    7. Oh kalo disini cuma turun 1200, kok beda ya.😂

      Hapus
  2. Lumayan juga akting Herman jadi cowok antagonis hihi, klo Agus memerankan antagonis jadi lucu 🤣

    Sekarang giliran Kang Satria yg hilang, apakah dia menunggangi babi mata merah sebagai kudanya untuk menjemput gadis bergaun putih pujaannya, secara kang Satria kan demennya sama demit2, mulai Larasati juga Mawar 😆😆 kurasa cewek bergaun putih itu menangis karena Pangeran Satria lambat menjemputnya 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya enggak kang, kan kemarin kang jaey komentar kalo satria ditemukan di dasar jurang oleh tim SAR.😂

      Hapus
    2. 🙄🙄🙄🙄😳😳😳😳☝🏾☝🏾☝🏾

      Hapus
    3. Hheeemmm! Sepertinya herman bakal cocok nih jadi peran Pak Raden untuk cerpen nantinya..🤣🤣🤣

      Hapus
    4. Untuk cerita lanjutannya mungkin bertualang di dunia gaib.😱

      Hapus
    5. Wow pak raden bertualang di dunia gaib ya 😆

      Hapus
    6. perasaanku kok pas nyuarakan tokoh hermannya ga antagonis antagonis banget, malah ga ada antagonisnya hahahha..apa aku yang salah nglafalin dialeknya yaa 😂🤣

      Hapus
    7. Bukan didunia ghaib Huu tapi diunia Rongdo..🤣🤣🤣

      Hapus
    8. Sebenarnya bukan tokoh antagonis tapi tokoh nyebelin saja, beda kan antara antagonis dan nyebelin.😁

      Hapus
    9. Berarti satria pergi itu bukan nyari Agus dan Herman tapi nyari rongdo.😆

      Hapus
    10. naituuuw.. aku juga pikirannya ke situ...paling paling satria tergoda sesuatu di alam lain wkwk

      besokannya diketemukan tim sar gabungan 🤣

      Hapus
    11. Wah, kelanjutannya sudah ketebak, jadi tidak perlu bikin lagi nih.😂

      Hapus
    12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    13. Gunung mana mbul gw nggak lihat...🤣🤣🤣

      Hapus
    14. Terus lanjutannya apa dong, apa posting cerpen baru pencekik gila saja ya? 🤔

      Hapus
    15. Masa sih ngga lihat ada dua gunung kang, ada di depan mata ini.🤣

      Maksudnya gunung Merapi dan Merbabu.😁

      Hapus
    16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    17. Ngga ah, kayaknya nunggu 100 komen kelamaan, ntar sore mau lanjutin cerpennya. Kalo sore ngga sempat besok sorenya lagi, kalo ngga sempet besok sorenya lagi, begitu seterusnya.😆

      Wadaw, banyak anak kecil disini mbak, jangan komentar gunung kembar saja.😂

      Hapus
    18. ni anak kecilnya datang hahaha

      Hapus
    19. Oh, mas khanif sudah punya anak ya, baru tahu.😆

      Hapus
    20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Gw bukannya hilang sebenarnya tapi sedang ingin naik gunung yang kedua kalinya.🤣🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gunung Sahari bukannya naik tiap hari kang kalo ke Jakarta.😆

      Hapus
    2. Kurasa maksud kang satria gunung kembar mas 😆

      Hapus
    3. larasati dan mawar? memang ada hantu mawar? 🙄🙄

      Hapus
    4. Kurang tahu juga mbak, mungkin peliharaan kang jaey mawar dan Larasati.😆

      Hapus
    5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    6. e maksude yang ke gunung salak kalian mas agus kang sat mas her n mas him,biar merasakan experience berbeda..mungkin mau napak tilas area wingit yang di sana hehe

      Hapus
    7. Emang gunung salak ngga kalah angker ya sama gunung Lawu? Kayaknya mbak mbul pernah kemping disana nih.😆

      Hapus
    8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    9. Wah benar juga. Selain Sukhoi seingatku juga kadang ada pesawat lain yang jatuh terutama pesawat buat latihan.

      Waduh, kalo sama mbak mbul uji nyalinya jangan di sono mbak, tapi di... 😆

      Hapus
    10. Habis bikin cerpen ttg gunung salak bikin juga gunung Himawan, iya mas Him punya gunung juga, namanya gunung koran gada kopi disamping pantai ngrumput 🤣

      Hapus
    11. Kirain aku kambing doang yang suka rumput, ternyata pantai juga suka ngrumput ya kang.🤣

      Hapus
  4. Huwaaaa, kenapa baca ini kok jadi deg-degan berasa ikutan ada di hutan ya saya, membayangkan suara perempuan menangis malam-malam di hutan, saya jadi ingat, waktu kecil kakak saya tuh sering banget nangis pelan-pelan, bikin merinding aja haha.
    Tengah malam, nangisnya kek kuntilanak dong :D

    Makanya, bukannya disayang, malah kena marah mama saya dulu :D

    Oh ya, bener juga, kalau orang kesasar ngapain diam aja di senter, dan juga kenapa diriku merinding sih part yang itu hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa kakak mbak Rey kadang nangis tengah malam, apa mungkin rebutan batal sama mbak ya.🤣

      Tumben mbak Rey merinding, mungkin AC nya kekencangan mbak.😂

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. babi hutan yang asli, pernah saya liat sekilas walaupun kurang jelas waktu kerja di lapangan, Kalimantan, ukurannya sebesar sapi hahaha

      Hapus
    2. Oh, mungkin babi oink oink kali ya mbak, kalo itu mah lucu ya.😁

      Mungkin mereka bosan mbak nyanyi terus jadinya sekali-kali bertualang di gunung.😆

      Hapus
    3. Masa sih ada babi sebesar sapi? Tapi mungkin saja ya, soalnya Kalimantan kan luas, jadi hewannya gede gede.

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    5. Beeehhhaaaaaa juga..🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

      Hapus
    6. Alhamdulillah dibilang lucu, tapi maaf recehannya habis mbak.😂

      Hapus
    7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    8. cie mas agus lucuk kayak teletubies wkwkwk :D

      Hapus
    9. Apalagi mas khanif, lebih lucu kayak Suneo ya mbak.🤣

      Hapus
    10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    11. Ngga mau ah, kalo mbak mbul yang jadi dipsi nya baru aku mau berpelukan.🤣🤣🤣

      Hapus
    12. Kalimantan masih banyak hutan belukar nya mas, ga menutup kemungkinan ada babi hutan sebesar sapi

      Hapus
    13. Oh, ada fotonya ngga tuh Babi hutan sebesar sapi, pasti langsung viral kang.😃

      Hapus
    14. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  6. Duhhh merinding bacanya, menegangkan juga. Jadi ngebayangin sendiri pas detik-detik naik gunung di malam hari kebangun pingin pipis tapi cuma berani diem aja di tenda karena takut kalo keluar tenda ngeri ada babi merah wkwkwk. Halusinasi sendiri padahal eh ada cerita babi merah juga disini :"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh jadi mbak Fransisca juga pernah kemping di gunung ya, pasti seru dan menegangkan.

      Hapus
  7. jiah pergi kemana tuh kang satria, di gondol kolong wewe kali :D..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kang Satria nantinya ditemukan tim SAR mas, tapi ditemukannya di dasar jurang.😂

      Hapus
  8. Kak Agus paling jago kalau bikin cerpen yang bikin tegang gini 😂. Aku juga jadi ikut membayangkan dan sepertinya nggak ingin ikut naik gunung deh. Ngeriii 😂

    Btw, babi hutannya mungkin sedang sakit mata akibat kebanyakan pakai lensa kontak? 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, kirain aku babi nya matanya merah karena kebanyakan scrol hape mbak Lia.🤣

      Hapus
    2. Kalau babi bisa scroll hp lebih baik dipelihara sekalian, Kak. Lumayan untuk bantu-bantu usaha klik Ads atau klik-klik lainnya 🤣

      Hapus
    3. Waduh, kalo kebanyakan klik iklan malah dibanned adsense nya.😂

      Hapus
  9. Sinta dan jojo sekarang hobi naik gunung mas?
    Memang kalau naik gunung tuh harus sopan nggak boleh sembarangan ngomong.
    Saya nggak pernah naik gunung sih tapi kalau naik bukit dulu sering. Soalnya main ke sungai, cari keong😂 tapi bukan keong racun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lalu keong apa neng Asty...Keong Cinta yaa..🤣🤣🤣🤣

      Hapus
    2. Oh, naik bukit dan gunung itu sebelas dua belas sih, soalnya sama sama curamnya tapi kalo gunung lebih terjal ya.

      Itu keong jangan jangan buat dijual lagi ya? 🤔

      Hapus
    3. Kayaknya sih keong mas kang.😆

      Hapus
  10. Jiaaaahhh kenapa dibikin gantung mas :D. Satria belum ketemu, lanjutin dooooong. Kasian amat dia dijadiin tumbal nih :l.

    Itulah alasan kenapa aku ga mau naik gunung. Mistisnya banyaak bgtttt hahahaha. Aku ga berani Ama beginian...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoook kenapa yaa Kang Satria hilang.. Apakah jangan2 belio jado babi hutannyaa yak 😅

      Hapus
    2. Samaaaaa mba, dari dulu paling parno kalau diajak naik gunung sebab banyak cerita mistis yang dibagikan teman-teman 😂 Eh sekarang tambah parno jadinya, padahal saya sudah mulai suka ke hutan hahahahahaha 🙈

      Salah banget baca cerpen ini tengah malam 🤪

      Hapus
    3. Anjir, kata mas dodo mas satria jadi,.....oh no, ngeri banget ya,..😂😂

      Hapus
    4. @Fanny, oh masih ada yang minat lanjutannya toh, kirain aku udah pada bosen petualangan di gunung mbak.

      Ntar aku bikin lanjutannya lain kali mbak, sekarang review hape dulu.😃

      Hapus
    5. @Dodo, masa sih mas Satria yang jadi si merahnya, lha terus yang jaga lilin mas Dodo ya? 🤣

      Hapus
    6. @Creameno, sebenarnya aku belum pernah sekalipun naik gunung sih mbak.😂

      Hapus
    7. @Kuanyu, nah itu koh, kok bisa kepikiran begitu, apa karena mas Dodo yang jaga lilinnya ya.😂

      Hapus
  11. Jojo sudah nggak jualan pulsa, mas? 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga mbak, sekarang Jojo duet sama Sinta di YouTube nyanyi keong racun.🤣

      Hapus
    2. Itu sudah sejak tahun berapa, Mas Aguuuuuuuus? 🤣🤣🤣

      Hapus
    3. Kurang tahu juga sejak tahun berapa, mungkin sejak zaman pak Karno dulu.🤣

      Hapus
  12. Memang harus perlu ektra hati-hati saat memuncak,tutur kata dan tingkah laku harus dijaga... dan selalu terjadi ilusi dan tersasar.. lanjutkan mas Agus cerpen nya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, off dulu cerpen gunung nya kang Andy, ganti yang lain takutnya bosan.😂

      Hapus
    2. Harus bersambung mas Agus kagak bosan lah soalnya belum ketemu gunung yang sesungguhnya... Wkwkwkw

      Hapus
  13. Apa aku terlupakan?😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

    BalasHapus
  14. Balasan
    1. Waduh, ngga dikasih permen saja nangis, ah dasar anak kecil.😂

      Hapus
  15. Ada babi mata merah, kalau di dunia nyata pasti jelmaan tuh, tapi biasanya jarang berupa babi hutan, biasanya burung. Kalau di dunia nyata jika ada perempuan di hutan sebaiknya jangan di kejar, pasti itu adalah,.....heem, menarik ceritanya mas, tambahi terus bumbu horornya, jadi seneng bacanya, he-he 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh koh kuanyu ternyata senang cerita horor ya, nanti aku buat lain kali. Sementara ganti ulas hape dulu biar ngga bosan.😂

      Hapus
    2. Jangan-jangan apaan tuh, koooooh? Jangan-jangan hantu Sumiati yang legendaris itu yaaaaa? 😱😱😱

      Hapus
  16. Untung siluman babi bermata merah itu nggak.mengganggu hanya sekedar penampakan saja. Yang bikin merinding disko itu ada suara cewek nangis di hutan tengah malam... itu mah pasti tante kunti...
    Wah si tokoh Satria yang hilang belum balik dan belum ditemukan, apa jangan-jangan Satria dijadikan tumbal ya...?? Serem banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya sih bukan mbak Kunti tapi arwah penasaran mbak. Tapi kurang tahu juga, coba mbak Fidy tanya langsung sama yang nangis.😂

      Hapus
  17. Sengaja bacanya pagi2 nih biar ga ada yg keskip. Hehehe..
    Aku klo jd agus kayanya jg bakal milih turun aja. Eh ga deh, klo jd agus aku ga akan mau diajak naik gunung mlm2 n gelap2 dr awal 😂😂
    Jadi satria kemana berarti? Mudah2an dia ga kenapa2 yaaa.. Soalny masih ditunggu postinganny yg ngebahas review blogger2 🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh mbak Ica sengaja baca pagi biar ngga horor ya mbak.🤣

      Tenang, nanti kang satria ketemu dan setelah itu update bahas review blogger.😆

      Hapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga, kalo mbak mbul kasih Pete sama jengkol saja.😆

      Hapus
    2. kenapa dikasihnya jengkol ama pete?

      Hapus
    3. Kenapa jengkol sama Pete?

      Ya buat dimasak mbak.😁

      Hapus
    4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  19. Oh noooooooo. Satria hilaaaaang 😱. Dan ketika satria belum ditemukan, kata-kata keramat itu sudah muncul. Iyaaaaa, kata 'TAMAT' udah muncul 😱. Seharusnya bersambung aja dong, Mas, kasihan Satria. Dia belum ditemukan.😭

    Eh iya, tadi aku kira tokoh 'aku' itu anaknya Kyai lho, mas. Lha gimana, soalnya temennya kalau panggil Gus Gus gitu. Gak taunya ternyata namanya Agus ya? Muehehehe.🤣🤣🤣 *Kaboooor 🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang mbak, satria uda ketemu bahkan sudah komentar, tuh diatas orangnya ada.🤣

      Iya ya, kalo di Jawa timur panggilan Gus itu buat anak kyai ya. Misalnya Gus Dur atau Gus Mus.

      Hapus
    2. Kayaknya sih gak cuma di Jawa timur deh, mas. Di Jawa tengah dan Jogja juga anak Kyai dipanggil Gus 😄.

      Hapus
  20. Mas ini udah tamat?? Nasib satria gimana?? 😱😱

    Tapi emnk berjalan malam2 digunung itu lebih mengerikan... tpi seru sih kalau rame2.. haha
    Sepertinya mereka berdua dibutakan oleh huntu perempuan tadi ttg keberadaan rumah. Makanya nggk nemu2.. aji mumpung himawan segera sampai dan bertemu... kalau nggk? Yaudah makin kesasar jadinya..

    Serem yah siluman babi.. ngebayanginnya aja udh gemericik ngeri.. wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satria baik baik saja kok mas Bayu, itu diatas sudah komentar.😁

      Aku sejujurnya belum pernah naik gunung beneran, kalo gunung Sahari sih pernah bahkan pada malam hari.🤣

      Ya, tunggu saja kisah selanjutnya tentang satria.

      Hapus
  21. nahh ini nih pentingnya kebersamaan ketika naik gunung atau kemanapun tempatnya yang agak agak gimana gitu
    kalau cari temen mending ajak barengan, satria satria where are uuuuu
    mending turun gunung aja ya kalau dari awal ga yakin mau naik

    BalasHapus